Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan
peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama
menambahbarang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan
untukmemproduksikan barang dan jasa di masa depan” .
Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen
(swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan
atau untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa
investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah
kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum
pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981) adalah: (1) Akumulasi
modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatanfisik dan sumber
daya manusia; (2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan
tenaga kerjadan keahliannya;(3) Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan
berhasil apabila beberapa bagian atau proporsipendapatan yang ada ditabung dan
diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian
hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus
konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital
formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di
bidang pengembangan sumber daya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar
kegiatan produktif.
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat
terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini
bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi
merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan
investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta
kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan
menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan
teknologi. Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara
berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:(1) Kecilnya jumlah mutlak kapita
material;(2) Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk; (3) Rendahnya
investasi netto. Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang
mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang
masih potensial. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka perlu mempercepat
investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumber daya
manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan. Hal ini sejalan
dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa: (1)
ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup, (2) kurangnya perangsang
untuk melakukan penanaman modal, (3) taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran
yang relatif rendah merupakan tiga faktor utama yang menghambat terciptanya
pembentukan modal di Negara berkembang.
Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang
merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada
peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi
daerah (Lincoln Arsyad, 1997). Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini
adalah bahwa: (1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment)
dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh. (2)
Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor
pemerintah dan perdagangan tidak ada(3) Besarnya tabungan masyarakat adalah
proporsional dengan besarnyapendapatan nasional, berarti fungsi tabungan
dimulai dari titik original (nol) (4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal
Propensity to Save =MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan
output (Capital OutputRatio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental
CapitalOutput Ratio)
Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan
ratiopertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam
jangkapanjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal
tidak konstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan
mempengaruhiinvestasi. Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil
investasi akansemakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin
besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang
sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal
(eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi
kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui
memainkan peranan yang sangat penting,namun model pertumbuhan endogen
menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan
proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Implikasi yang menarik
dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi
komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia,
sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi
komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah
berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara
menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif
mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya
manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan
pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun
tidak langsung. Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN).
Berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi
penanaman modal dalam negeri dan asing.Dengan semakin besarnya investasi pemerintah
pada barang publik makadiharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan
sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu
daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar