Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Juni 2011

PENGERTIAN POLITIK DAN KOMUNIKASI POLITIK

Nimmo (1999) mengatakan bahwa  politik adalah  kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal orang berbeda satu sama lain-jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita, inisiatif, perilaku, dan sebagainya. Kadang-kadang perbedaan ini merangsang argumen, perselisihan, dan percekcokan. Politik adalah kegiatan simbolik yang menyentuh sejumlah besar orang karena orang-orang menemukan makna dalam penggunaan lambang, pemuatan lambang, dan penyalahgunaan lambang pada komunikator politik. Politik, seperti komunikasi, adalah proses; dan seperti komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan yang dimaksud adalah segala cara orang bertukar simbol-kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai, dan pakaian. Ilmuwan politik Mark Roelofs  (Nimmo, 1999) mengatakan dengan cara sederhana bahwa politik adalah pembicaraan atau lebih tepat, kegiatan politik adalah berbicara. Komunikasi meliputi politik. Bila orang mengamati konflik, mereka menurunkan makna perselisihan melalui komunikasi. Bila orang menyelesaikan perselisihan mereka, penyelesaian itu adalah hal-hal yang diamati, diinterpretasikan, dan dipertukarkan melalui komunikasi.
Pembahasan mengenai komunikasi politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu diawali dengan konsepsi mengenai komunikasi publik. Secara umum, yang dikategorikan sebagai komunikasi publik adalah setiap interaksi yang dilakukan terhadap sejumlah orang (publik) yang memuat suatu ”pesan” atau mengandung suatu maksud atau tujuan. Bilamana materi atau maksud yang terkandung dalam komunikasi public itu memuat pesan politik maka dikatakanlah komunikasi politik (Suwardi, 2002).
Menurut Almond dan Powell (Nasution 2008) komunikasi politik merupakan suatu fungsi sistem yang mendasar (basic function of the system) dengan konsekuensi yang banyak untuk pemeliharaan ataupun perubahan dalam kebudayaan politik dan struktur politik. Seseorang tentunya dapat mengasumsikan bahwa semua perubahan penting pada sistem politik akan menyangkut perubahan pada pola-pola komunikasi, dan biasanya baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. Semua proses sosialisasi misalnya, merupakan proses komunikasi, meskipun komunikasi tidak harus selalu menghasilkan perubahan sikap (attitude change).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar